Setelah maghrib tiba, di langit bintang-bintang secara berangsur akan mulai menampakkan dirinya, pada suatu saat di langit barat akan tampak sebuah bintang yang sangat terang dan cemerlang, awan tipis kadang tak mampu membendung sinarnya. Itulah bintang barat yang lebih populer disebut bintang kejora. Atau disebut juga bintang senja yang hanya tampak saat senja, yaitu sekitar maghrib dan Isya, karena sebelum malam gelap bintang tersebut akan terbenam.
Begitupula setelah fajar, bintang-bintang di langit cahaya berangsur memudar kemudian menghilang, suatu saat di langit timur akan nampak sebuah bintang cemerlang, bintang itu disebut bintang timur atau bintang pagi.
Sebenarnya kedua "bintang" itu bukan bintang yang sesungguhnya, melainkan hanya sebuah planet, yaitu planet Venus. Venus merupakan benda langit paling terang ketiga setelah matahari dan bulan yang bisa tampak sebagai bintang senja atau bintang pagi.
Begitupula setelah fajar, bintang-bintang di langit cahaya berangsur memudar kemudian menghilang, suatu saat di langit timur akan nampak sebuah bintang cemerlang, bintang itu disebut bintang timur atau bintang pagi.
Sebenarnya kedua "bintang" itu bukan bintang yang sesungguhnya, melainkan hanya sebuah planet, yaitu planet Venus. Venus merupakan benda langit paling terang ketiga setelah matahari dan bulan yang bisa tampak sebagai bintang senja atau bintang pagi.
Mengamati langit pada awal Juli akan
terasa nuasa semasa Nabi Ibrahim merenungi alam, menatap langit, mencari
representasi Tuhan yang hakiki (Q.S 6:76-79). Saat malam mulai gelap tampaklah
sebuah bintang. "Inikah Tuhanku?" kata Ibrahim. Tetapi
bintang kejora tak lama tampak. Sekitar pukul 21.00 bintang kejora pun
terbenam. Nabi Ibrahim pun berkata, "Aku tak menyukai yang tenggelam".
Beberapa saat kemudian terbitlah bulan
yang cemerlang pasca purnama. "Inikah Tuhanku?"
katanya. Namun saat pagi bulan pun memudar kemegahannya. Ibrahim pun berujar
pada dirinya, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, niscaya aku termasuk kaum yang sesat."
Saat pagi dilihatnya matahari yang
paling cemerlang yang mengalahkan segala sumber cahaya. "Inikah
Tuhanku? Ini paling besar", ujar Ibrahim dalam pencarian
kebenaran. Tetapi saat maghrib matahari pun menghilang. Tidak mungkin Tuhan
yang Mahakuasa bisa lenyap. Maka diserulah kaumnya, "Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kamu persekutukan".
Kesimpulan pembuktian aqliyah tentang
eksistensi Allah tersebut diabadikan dalam Q.S. 6:79 yang dijadikan salah satu doa
iftitah pada awal shalat: "Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada
Tuhan pencipta langit dan bumi, berpendirian lurus, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang musyrik."
Kisah itu memberi pelajaran penting.
Kemegahan dan keunggulan relatif adalah sifat makhluk yang berpotensi menipu
manusia. Sejarah telah menunjukkan banyak kaum penyembah bintang atau matahari,
mempertuhankan raja, atau minimal mengkultuskan seseorang. Untuk itu banyak
juga yang mau berkorban demi mengagungkan sesuatu atau figur yang dipujanya.
Padahal kemegahan atau keunggulan itu
bisa jadi bukan sifat yang intrinsik pada objek itu. Bintang kejora adalah
contohnya, Planet Venus itu tidak menghasilkan cahayanya sendiri. Planet yang
dijuluki saudara kembar bumi yang jelita sekadar memantulkan cahaya bintang
induknya, matahari. Kecemerlangannya diperoleh karena kedekatannya dengan
matahari dan berada tidak jauh dari bumi.
Bintang kejora dipuji karena kecemerlangan
relatifnya. Dijadikan lagu yang dinyanyikan anak-anak. Tetapi tak banyak orang tahu
tentang hakikatnya, karena orang cukup kagum dengan kemegahan sinar
pantulannya. Orang terlanjur menyebutnya bintang, padahal sekadar planet.
Lingkungan planetnya pun sesungguhnya tidak bersahabat bagi kehidupan. Luar
biasa panasnya dengan efek rumah kaca karena kandungan karbon dioksida yang
sangat tinggi.
Dalam dinamika hidup manusia fenomena
bintang kejora mudah ditemukan. Nepotisme pun mudah tumbuh dari fenomena
seperti itu.Karena masyarakat kehilangan daya kritis untuk menelaah secara
seksama sifat intrinsiknya, bila yang ditonjolkan sekadar sinar pantulannya
yang cemerlang.
Satu-satunya cara menghindarkan diri
dari tipuan fenomena bintang kejora adalah meresapi makna doa iftitah yang
menyambung pernyataan Nabi Ibrahim tersebut: "Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam."
Pengakuan atas mutlaknya kekuasaan dan keunggulan Allah yang tak ada yang mampu
menandinginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar