Selasa, 24 April 2012

Keluargaku Surgaku


Keluargaku Surgaku

Pengantar
Keluarga adalah bentuk masyarakat terkecil yang memiliki tujuan yang jelas. Secara umum, keluarga terdiri dari unsur bapa, ibu dan anak. Tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah keluarga sangat ditentukan oleh pemahaman, cara pandang, dan konsep yang dibangun oleh masing-masing individu dari keluarga tersebut. Islam adalah agama yang sempurna telah memberikan petunjuk dan tuntunan bagi umatnya melalui al-Qur’an dan al-Sunnah bagaimana membangun sebuah keluarga dan apa yang harus dicapai oleh sebuah keluarga.
Selain merupakan tuntunan ajaran Islam, berkeluarga juga merupakan kebutuhan manusiawi yang sangat mendasar yakni manusia sebagai mahluk sosial yang selalu membutuhkan dan bahkan ketergantungan kepada sesama manusia lainnya.
Tulisan ini diberi judul “Keluargaku Surgaku” karena terinspirasi oleh sabda Rasulullah: “baiti jannati” rumahku (keluargaku) surgaku. Kediaman Rasulullah sangat sederhana, berupa bilik kecil disamping masjid yang beratap pelepah kurma, tidak dilengkapi dengan mebel atau perabotan mewah. Tetapi Rasulullah merasakan kenikmatan surga di dalamnya, karena keluarga Rasulullah dibangun atas dasar iman, ibadah (pengabdian) dan cinta kasih (mawaddah & rahmah)
Naskah ini kami tulis untuk mengantarkan pernikahan anak kami, Mutia Santoso dan Dimas Permana, sebagai orangtua kami berkewajiban untuk mengarahkan dan mengantarkan putra putri kami yang hendak merintis sebuah keluarga agar memiliki cara pandang dan pemahaman sebagaimana yang diajarkan Islam melalui contoh Rasullah saw. Semoga tulisan ini menjadi cahaya untuk kalian berdua khususnya dan pembaca lain pada umumnya.

Garut, Rajab 1431H Juni 2010

Mohammad Iqbal Santoso – Ai Nurjannah





Berkeluarga adalah perintah Allah

Di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memilihkan pasangan hidup yang baik untuk  anaknya  
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang sholeh (yang layak menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui. QS al-Nur(24) :32
مَن تَزَوَّجَ فَقَدِ استَكمَلَ نِصْفَ الاِيــمَانِ فَليَــتَّـقِ اللهَ فِي نِصْفِ الآخَــرِ
Barang siapa yang menikah, maka dia telah menyempurnakan separuh imannya, maka hendaklah ia memelihara diri pada setengah sisanya. HR Ath-Thabrani.

Berkeluarga adalah sunnatullah dan ibadah

Salah satu tanda kebesaran Allah swt adalah menjadikan manusia berpasang-pasangan untuk meraih ketenangan dan ketenteraman  
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya, Dia menciptakan untuk kamu secara khusus pasangan-pasangan hidup suami atau istri dari jenis kamu sendiri supaya kamu tenang serta cenderung kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir tentang kuasa dan nikmat AllahQS Ar-Ruum(30): 21
Allah memberi manusia pasangan(suami atau istri) agar memperoleh sakinah (ketenangan). Untuk memperoleh sakinah tersebut Allah memberi modal mawaddah dan Rahmah, artinya sakinah hanya dapat diperoleh manakala terdapat mawaddah dan Rahmah, pernikahan tanpa mawaddah dan rahmah tidak akan diperoleh sakinah. Sehingga: Sakinah = Mawaddah + Rohmah

Sakinah
Sakinah bermakna ketenangan yang diperoleh setelah gelisah atau “goncang”. Dalam buku “Secercah Cahaya Ilahi” Quraish Shihab  menjelaskan bahwa sakinah terdiri dari huruf-huruf sin-kaf dan nun yang mengandung makna ketenangan atau lawan dari goncang dan gerak. Dalam bahasa Arab terdapat beberapa kata yang terdiri dari ketiga huruf tersebut, dengan makna yang hampir sama. Rumah dinamai Maskan, artinya tempat untuk memperoleh ketenangan setelah sebelumnya penghuninya bergerak/ bekerja, bahkan mungkin mengalami kegoncangan di luar rumah. Pisau yang berfungsi menyembelih binatang dinamakan sikkin, karena pisau adalah alat yang menyebabkan ketenangan bagi binatang setelah sebelumnya meronta.
Sakinah dirasakan setelah sebelumnya terjadi situasi yang mencekam,baik karena bahaya yang mengancam jiwa atau sesuatu yang mengeruhkan pikiran, atau setelah adanya gejolak yang menggoncangkan jiwa. Cinta yang bergejolak dalam hati dan diliputi ketidakpastian, akan berahir dengan sakinah atau ketenangan dan ketentraman hati sebagai buah dari pernikahan.
Dalam Alquran kata sakinah ditemukan sebanyak enam kali. Dalam beberapa ayat, sakinah dikaitkan atau  dirangkaikan dengan bala tentara Allah yang tidak terlihat, atau turunnya malaikat. Sakinah dikaitkan dengan “bala tentara Allah yang tidak terlihat” ini bermakna seseorang harus berani walau sendirian, karena ia merasakan adanya kehadiran bala tentara, sehingga betapapun situasi mencekam atau mengancam, penerima sakinah akan selalu merasakan perlindungan Allah.
Sakinah tidak datang begitu saja, sakinah diturunkan Allah ke dalam kalbu dengan syarat tertentu. Kalbu harus disiapkan dengan menanamkan kesabaran dan ketaqwaan. Sakinah datang setelah melalui beberapa tahap/fase, bermula dari mengosongkan kalbu dari segala sifat tercela, dengan jalan mengakui dosa-dosa  yang telah diperbuat, diikuti dengan permohonan ampun (istighfar) dan tobat. Kemudian “memutuskan hubungan ”dengan masa lalu yang kelam dengan penyesalan dan pengendalian diri. Selanjutnya disusul dengan “mujahadah” perjuangan yang serius melawan sifat-sifat jiwa yang tercela, dengan mengedepankan sifat-sifat terpuji, mengganti yang buruk dengan yang baik, seperti kekikiran dengan kedermawanan, kemalasan dengan kesungguhan, egoisme dengan pengorbanan, sambil selalu memohon bantuan Allah dengan doa dan dzikir.
Sakinah bukan sekedar terihat ketenangan lahir, yang tercermin dari kecerahan air muka (karena yang demikian bisa saja muncul  akibat keluguan, kebodohan, ketidak tahuan) tetapi, sakinah tampak pada kecerahan raut muka yang disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus, tindakan yang tepat (tidak emosional)

Mawaddah dan Rahmah
Mawaddah menurut bahasa arab bermakna kelapangan dan kekosongan, maksudnya adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Sedangkan Rahmah berarti memberikan rasa kasih sayangkepada yang lemah atau kepada yang butuh.
Ada yang menafsirkan mawaddah sebagai mahabbah, yaitu ketertarikan terhadap lawan jenis karena penampilan yang menawan, baik fisik maupun non-fisik. Seseorang senang atau tertarik terhadap “penampilan fisik” lawan jenisnya yang memiliki pesona kecantikan/kemolekan atau ketampanan/kegagahan. Daya tarik seseorang juga bisa timbul dari penampilan non-fisik misalnya, keturunan, kekayaan, jabatan, gelar, orang yang sopan, dermawan, suka membantu, pandai, dll. Akan tetapi jika seseorang menyenangi pasangannya karena daya tarik penampilan, maka jika daya tarik penampilanya sudah hilang atau memudar maka akan timbul kebosanan terhadap pasangannya sehingga ada keinginan untuk meninggalkan pasangannya, bahkan timbul keinginan untuk mencari pasangan lain yang lebih “menarik”
Sedangkan Rahmah adalah menyukai tidak berdasarkan penampilan baik fisik maupun non fisik semata. Seorang ibu akan tetap menyayangi anaknya walaupun fisiknya jelek atau akhlaqnya buruk. Sifat Rahmah tampak pada suami yang tetap mencintai istrinya walaupun istrinya “nyebelin” atau sudah tidak menawan lagi. Istri yang memiliki sifat Rahmah akan selalu mencintai suaminya walaupun suaminya sudah tidak gagah lagi atau suaminya sengsara, sakit, lumpuh, dll. Dalam keadaan apapun (suka & duka) istri yang memiliki sifat Rahmah akan selalu merindukan dan melayani suaminya.

Memelihara dan mengembangkan Mawaddah dan Rahmah
Mawaddah akan selalu tumbuh jika tiap pasangan selalu menunjukkan penampilan yang menarik atau disukai pasangannya. Istri yang berusaha “dandan” mempercantik diri di hadapan suaminya, atau selalu menyajikan masakan lezat kesukaan suaminya, tentu akan menumbuhkan mawaddah dari suaminya. Sebaliknya suami yang selalu melindungi, berperilaku lembut, sering membantu dan menolong tentu akan menyuburkan mawaddah istrinya.  
Sedangkan Rahmah akan tumbuh manakala seseorang selalu dekat (taqarrub) dengan Allah, Kata “Rahmah” seakar dengan Rahman dan Rahim salah satu sifat Allah. Allah selalu menyayangi ummatNya baik yang beriman maupun yang kafir, Allah tetap memberi rizqi kepada seluruh manusia baik muslim maupun non-muslim, karena manusia sangat membutuhkan perlindungan Allah. Orang yang selalu beribadah (taqarrub) kepada Allah, insyaAllah akan “kecipratan” sifat Rahman Rahim Allah, sehingga akan selalu tumbuh sifat Rahmah terhadap pasangannya.

Peran & Fungsi Sakinah

1.    Meningkatkan Keimanan
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ
Dia-lah yang telah Menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada)…., QS AlFath(48):4
Pasangan yang rumah tangganya sakinah tentu akan lebih khusu dan rajin beribadah, sehingga keimanannya akan meningkat. Indikator keluarga Sakinah adalah adanya peningkatan ibadah, amal sholeh dan keimanan.

2.    Benteng Penyelamat terhadap Gangguan
Saat Rasulullah Hijrah ke Madinah bersama Abubakar ra, keduanya dikejar oleh orang kafir untuk ditangkap dan dibunuh. Untuk menghindari pengejaran keduanya bersembunyi di gua Tsur, ahirnya pasukan pengejar tiba di depan gua, hanya beberapa langkah dari Rasulullah. Abubakar cemas dan gemetar karena khawatir Rasulullah akan tertangkap dan terbunuh oleh orang musyrik. selanjutnya Allah menurunkan ayat :
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ -٤٠-
Jika kamu tidak menolongnya, sesungguhnya Allah telah Menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada shahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah Menurunkan ketenangan (sakinah) kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia Menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  QS Attaubah(9):40

Rasul dan Abubakar ahirnya selamat dari pengejaran pasukan kafir karena Allah mengutus laba-laba dan burung membuat sarang di mulut gua, untuk mengelabui pengejar bahwa tak ada orang yang masuk gua tersebut. Ketenangan (sakinah) Rasulullah dan Abubakar tersebut  mampu melindungi dan menyelamatkan beliau.
Berikut ini ayat Alquran yang juga menjelaskan peran sakinah dalam membentengi dan melindungi Rasulullah dari hinaan kaum musyrikin
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً
Ketika orang-orang yang kafir menanamkan kesombongan dalam hati mereka (yaitu) kesombongan jahiliah, maka Allah Menurunkan ketenangan (sakinah) kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang Mukmin, dan (Allah) Mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa (“Kalimat takwa” ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah) dan mereka lebih berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.  QS Alfath(48): 26

3.    “Senjata” untuk melawan segala musuh dan serangan
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئاً وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ -٢٥- ثُمَّ أَنَزلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُوداً لَّمْ تَرَوْهَا وَعذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَذَلِكَ جَزَاء الْكَافِرِينَ -٢٦- ثُمَّ يَتُوبُ اللّهُ مِن بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَن يَشَاءُ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٢٧-
Sungguh, Allah telah Menolong kamu (Mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang (25). Kemudian Allah Menurunkan ketenangan (sakinah) kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia Menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia Menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir. Setelah itu Allah Menerima tobat orang yang Dia Kehendaki. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.  QS.Al-taubah(9): 25-27.
...فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً -١٨-
lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat. QS. AlFath(48): 18.
Rasulullah dan para sahabatNya mampu mengalahkan kaum musyrikin dengan “senjata” sakinah, misalnya ketika perang Badar,  300 orang muslim mampu mengalahkan 1000 orang musyrik . Begitupula dalam kehidupan berkeluarga, insya Allah sakinah akan mampu melawan segala gangguan dan godaan dalam rumahtangga.

Membangun Keluarga Sakinah

1.      Menikah karena Agama
 تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأرْبَعٍ لِماَلِهاَ وَلِنَسَبِهَا وَلِجَماَلِهَا وَلِدِيْنِهَا فَأظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara: Hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Beruntunglah yang memilih karena Agama, niscaya dirimu akan selamat (HR Bukhori dan Muslim)

2.      Saling mengenal dan saling memahami
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah Menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami Jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa…. QS Alhujurat(49): 13

Suami-istri adalah dua pribadi yang berbeda, selain berbeda kelamin dan usia keduanya juga berbeda latar belakang, adat, selera, kebiasaan, tabiat, sifat, dll. Walaupun sudah bertahun-tahun berpacaran, tidak akan ada orang yang bisa mengenal utuh seluruh sifat dan tabiat pasangannya. Bahkan seorang ibupun tidak akan pernah mengenal seluruh sifat dan tabiat anaknya yang diasuhnya sejak lahir. Untuk itu selama pernikahan akan ada proses saling mengenal (ta’aruf), ta’aruf adalah proses dua arah yang akan terus berlangsung sampai ahir hayat. Setelah menikah akan berangsur-angsur tampak kebaikan dan kejelekan masing-masing pasangannya yang belum dikenalnya ketika pacaran. Sifat yang dikenal tentu ada yang menyenangkan ada juga yang tidak disukai masing-masing pasangannya.
Dari proses ta’aruf tersebut seharusnya lahir tafahum (saling memahami).  Sifat dan tabi’at atau akhlaq yang baik akan menumbuhkan atau meningkatkan cinta kasih sehingga lahir proses saling menyayangi (tarohum). Setiap pasangan hendaknya saling menghormati (takarum) keunggulan dan kelebihan masing-masing pasangannya. Jika ada kekurangan dan kelemahan masing-masing pasangan hendaknya melahirkan sikap saling bantu, saling tolong dan saling melengkapi (ta’awun) kekurangan pasangannya. Jika ditemui sifat dan tabiat buruk dari pasangannya maka hendaklah muncul saling menasihati (tawashau). Tentu saja tidak semua perbedaan bisa dipadukan, masing-masing tetap memiliki jati diri, seperti minat, selera, hobby dll. yang tak mungkin diseragamkan, terhadap perbedaan tersebut harus ada toleransi (tasammuh)
“Bila anda mengharapkan pasangan yang sempurna dan bisa memenuhi segala keinginan dan kebutuhan anda, bersiaplah untuk hidup membujang selamanya”.

3.       Lemah Lembut, Saling Memaafkan, Musyawarah & Tawakkal.
Perbedaan punya potensi untuk melahirkan konflik. Perbedaan hendaknya dihadapi dengan kelembutan bukan dengan kemarahan dan kekerasan, malahan jika pasangannya berbeda maka sebaiknya dimaafkan (dimaklumi) dan dimintakan ampunan Allah serta bermusyawarah.  Maksudnya harus ada komunikasi timbal balik yang dibangun sehingga persoalan dan perbedaan yang muncul akan menjadi diskusi yang dinamis sekaligus mendapatkan solusi . Tidak ada solusi atau keputusan yang dapat memuaskan semua fihak, tetapi jika telah ada kesepakatan maka bertawakkallah.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah Mencintai orang yang bertawakal. QS.Ali Imran(3): 159

4.      Saling menghiasi, saling melindungi & saling menutupi
هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ
... Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka.. QS.Al-Baqarah(2): 187
Pasangan suami-istri dalam Alquran digambarkan sebagai pakaian, suami adalah pakaian untuk istrinya, dan istri sebagai pakaian bagi suaminya. Fungsi utama pakaian adalah sebagai perhiasan, pelindung dan penutup aurat.
Seorang suami atau istri yang berakhlaq baik, akan menjadi hiasan bagi pasangannya.  Jika salah satu diantara pasangan berbuat baik atau berperilaku menawan, maka pasangannya akan ikut memperoleh kebaikan. Begitu pula sebaliknya jika suami atau istri berbuat keburukan, maka pasangannya juga akan terbawa buruk.
Suami wajib melindungi istrinya dari berbagai gangguan,sehingga istrinya akan merasa aman dan nyaman. Begitu pula istri wajib menjaga kehormatan dan harta suaminya, sehingga sang suami akan merasa tentram dan tenang.
Selain itu tiap suami/istri wajib untuk menutupi aib dan kekurangan pasangannya.  Suami atau istri satu sama lain harus saling melengkapi, karena kekurangan yang dimiliki keduanya dan tidak menganggap diri sebagai manusia hebat. Keburukan dan kekurangan suami atau istri hanya diketahui oleh pasangannya masing-masing tidak sampai tampak oleh orang lain.
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. Al’araf(7):26
Taqwa adalah pakaian terbaik, karena “taqwa” merupakan hiasan terindah, yang dapat memuliakan pemakainya.Taqwa juga merupakan pelindung yang kokoh dan tangguh yang dapat menghalangi dari berbagai godaan dan gangguan syetan serta menghalangi dorongan untuk berbuat dosa,sehingga terbebas dari kemaksiatan dan kemunkaran.
“Fungsi utama pakaian adalah melindungi tubuh agar sehat, menutupi kekurangan agar tak terlihat orang lain dan memperindah penampilan agar tampil mempesona. Sudahkah pakaian kita berfungsi sebagaimana seharusnya?”.

5.      Kesetaraan atau kemitraan
Pria dan wanita tidak ada perbedaan dari asal kejadiannya,mereka diciptakan dari perpaduan antara sperma lelaki dan indung telur perempuan karena itu sederajat antar mereka dari sisi kemanusiaan. Pria dan wanita dipandang sama di sisi Allah, bahwa lelaki dan perempuan adalah mitra untuk bekerjasama ketika mereka melakukan suatu karya atau kebaikan
أَنِّى لآَأُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى بَعْضُكُم مِّن بَعْضٍ
 “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. QS Ali Imran(3):195)
وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ
Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu .QS Al-nNisa (4): 21)
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ -٧١-
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan Diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. QS AtTaubah (9):71.

6.      Memperoleh Rizki yang halal

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ-ص-مَنِ اكْتَسَبَ مَالاً مِنْ مَأْثَم فَوَصَلَ بِهِ رَحِمَهُ اَوْ تَصَدَّقَ بِهِ اَوْ أَنْفَقَهُ فِى سَبِيْلِ اللهِ جُمِعَ ذَالِكَ كُلُهُ جَمِيْعًا فَقُذِفَ بِهِ فِى جَهَنَّمَ )أَبُوْ دَاود(
Barang siapa yang memperoleh harta dengan cara/barang yang terlarang (dosa) lalu ia gunakan untuk menjalin silaturrahim atau bersedekah atau membelanjakan di jalan Allah maka semua itu akan dikumpulkan, kemudian dilemparkan ke dalam neraka jahannam
7.      Membiasakan dzikir :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَوِّرُوْا مَنَازِلَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ القُرْآنِالبيهقى(
Terangi rumah-rumah kalian dengan shalat dan bacaan AlquranHR Albaihaqi
Shalat dan membaca Alquran merupakan bentuk dzikir atau mengingat Allah SWT yang akan mendatangkan ketenangan dan ketrentaman hati
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ -٢٨-
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. QS Al-Ra’du(13):28

8.       Menunaikan hak dan kewajiban
a.      Sebagai suami
·         Tanggung jawab rumah tangga tak hanya tanggung jawab suami, tapi tanggung jawab bersama suami-istri, tapi Islam telah menempatkan suami sebagai pimpinan tertinggi rumah tangga
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَآأَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ             
Laki-laki (suami) itu pemimpin (pelindung) bagi perempuan (istri),oleh karena itu Allah telah mengunggulkan pria atas wanita, dan karena pria telah menafkahkan sebagian hartanya…  QS al-Nisa (4) : 34
·         Suami bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan diri dan keluarganya,  
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا.....            
Wahai orang-orang yang beriman Jaga, pelihara dan lindungilah diri dan keluarga kalian dari siksa api neraka … QS Attahrim (66):6
Suami adalah orang pertama yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT di ahirat nanti perihal kehidupan rumah tangganya.
Sebagai penanggungjawab dan pelindung keluarga, suami harus amanah dan memiliki “kekuatan”. Yaitu kekuatan iman/aqidah, ilmu, fisik, ekonomi, dll. Kekuatan seorang suami tersebut digambarkan dalam Alquran dengan istilah
….الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
….. Kuat dan dapat dipercaya. Alqashash (28):26
…. حَفِيظٌ عَلِيمٌ
….. orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan. QS Yusuf (12):55

   Suami yang diharapkan Islam adalah suami yang senantiasa bersikap lemah lembut, terhadap istrinya tak mengeluarkan ucapan kasar, apalagi yang bertindak melukai perasaan dan fisik istrinya.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Pergaulilah istri kalian dengan ma’ruf (baik), andaikata kalian mendapati pada istri kalian ada watak dan sifat yang kurang berkenan di hati kalia,(bersabarlah). Boleh jadi kalian tidak menyukai sesuatu (sifat yang ada pada istri kalian), padahal Allah menutup kekurangan itu dengan kebaikan yang lebih banyak lagi.  QS al-Nisa (4) : 19
   Dalam Islam tolok ukur kemuliaan seorang suami ditentukan oleh cara memperlakukan istrinya, Mempergauli istri dengan ma’ruf merupakan tolok ukur untuk menilai mulia tidaknya seorang suami, Sabda Rasul:
 مَا أَكرَمَ النِّسَآءَ إِلَّا كَرِيمٌ وَلَا أَهَانَهُنَّ إِلَّا لَئِــيـمٌ  
Tidak akan pernah memuliakan seorang istri kecuali orang yang berhati  dan berahlaq mulia. Dan tidak akan menghina (menganggap rendah terhadap istri) kecuali seorang suami yang hina pula (HR Abu ‘Asakir)
خَيرُكُم خَيرُكُم لِأَهلِهِ وَأَنَا خَيرُكُم لِأَهلِى
Yang palingbaik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istri-istriku. (HR Ibnu Majah)

b.      Sebagai istri
·         Dunia adalah perhiasan, dan perempuan/istri yang shalihah adalah perhiasan terbaik,
الْدُّنيَا مَتَاعٌ وَخَيرُ مَتَاعِهَا المَـــرأَةُ الصَّالحَةُ 
Kehidupan dunia adalah kenikmatan yang menyenangkan, dan yang paling  menyenangkan adalah perempuan/istri yang shalihah (HR Muslim dan At-Timidzi)
·         Istri shalehah adalah istri yang taat kepada Allah dan suaminya serta menjaga dan memelihara hal-hal yang tidak patut dimunculkan demi ketentraman rumah tangga
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka).  QS al-Nisa(4) : 34

خَيرُ النِّسَاءِ اِمرَأَةٌ إِذَا نَظَرتَ إِالَيهَا سَرَّتكَ وَإن أَمَرتَ اَطَاعَتكَ وَإِن غِبتَ عَنهَا حَفِظَتكَ فِى مَالِكَ وَنَفسِكَ
Wanita yang paling baik adalah seorang istri yang bila engkau melihatnya akan menyenangkanmu, danjika engkau memerintahnya ia mentaatimu, dan jika engkau tidak ada maka ia akan menjada hartamu dan dirimu
c.       Sebagai anak
sesudah berkeluarga kewajiban untuk hormat dan berbuat baik kepada kedua orangtua tidak berkurang, bahkan harus meningkat. Justru setelah berumahtangga dan memiliki anak, akan merasakan bagaimana sulitnya perjuangan menjadi orangtua.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً -٢٣-
Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.(Mengucapkan kata “ah” kepada orang tua dilarang, apalagi meng-ucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu)  QS Al-Isro (17):23

Hormat dan berbuat baik tehadap orangtua selain beribadah melaksanakan perintah Allah tapi juga sebagai balas budi atas segala pengorbanan mereka merawat, mendidik, membimbing anaknya. Sebesar apapun balas budi terhadap kebaikan orangtua tak akan mampu membayar pengorbanan mereka.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tua-nya. lbunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.** Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.  QS Luqman (31):14.
Sesudah menikah orangtua akan bertambah, yaitu ada mertua. Hormat dan berbuat baik terhadap mertua juga harus sama dengan terhadap orangtua sendiri.
  
d.      Sebagai orangtua
Salah satu buah dari pernikahan,  Allah mengaruniai anak, anak adalah amanah (titipan) yang wajib dijaga, dirawat dan dididik. Sebagai orangtua mempunyai kewajiban agar anaknya menjadi anak sholeh, karena anak sholeh adalah investasi bagi orangtuanya, orangtua bertanggungjawab terhadap aqidah anak-anaknya :
كُلُّ مَوْلُودٍ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُــمَجِّسَا نِهِ
Semua anak terlahir membawa (potensi) fitrah (keber-agamaan yang benar); Kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia menganut agama Yahudi, Nashrani atau Majusi. HR Bukhori.
Agar anak memiliki aqidah yang benar, berikut beberapa muatan pendidikan yang wajib diajarkan kepada anak:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. QS Luqman(31):13
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. QS Luqman (31):17
Anak harus dididk dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Alkisah, seorang anak digendong oleh Rasulullah, tiba-tiba anak tersebut “pipis”, maka dengan kasar ibunya merenggut sang anak hingga menangis, Rasulullah menegurnya dan bersabda:
مَهْلاً، فَإِنَّ هَذَا, الـمَـاءُ يُطَهِّرُهُ فَمَا الَّذِى يُطَهِّرُ قَلْبَ هَذَا الطِّفْلِ؟
Perlahan-lahanlah!. Sesungguhnya ini (menunjuk pada pakaian beliau), dapat dibersihkan oleh air, tetapi apa yang dapat membersihkan kekeruhan hati anak? (akibat renggutan yang kasar)


Wallahu ‘alam
Garut, Rajab 1431H (Juli 2010M)


Mutia Santoso. Lahir di Garut, 23 Juli 1988. Anak kedua dari enam bersaudara pasangan Mohammad Iqbal Santoso dan Ai Nurjannah. Setelah lulus dari Muallimin dan Madrasah Aliyah Pesantren Persis Tarogong melanjutkan pendidikan di Jurusan Astronomi FMIPA ITB
Dimas Permana. Lahir di Cirebon, 2 September 1986. Anak bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Achmad Edhi dan Turfiyah. Setelah menyelesaikan pendidikan SD, SMP dan SMA di Cirebon, melanjutkan pendidikan di jurusan Teknik Perminyakan ITB, sekarang bekerja di Chevron, Duri Riau.



بارك الله لك و بارك عليك وجمع بينكما فى خيرٍ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar